Meskipun RRT memiliki komitmen yang signifikan dalam menciptakan jalur untuk mencapai emisi karbon nol bersih, RRT masih mempertahankan armada pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di dunia dan telah menyetujui penambahan pembangkit listrik tenaga batu bara baru senilai 106 GW (Xu 2023).
Kontradiksi ini masih terjadi di negara-negara berkembang, sehingga melemahkan upaya untuk mewujudkan kebijakan penghapusan bahan bakar fosil, yang penting untuk mencapai target Perjanjian Paris.
Pada COP28, negara-negara OPEC menganjurkan fokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca dibandingkan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap, hal ini bertentangan dengan konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa bahan bakar fosil sebagai penyebab utama perubahan iklim.
Faktor lain yang memprihatinkan adalah banyak janji yang dibuat selama COP28 tidak memiliki kekuatan hukum atau status resmi dalam acara tersebut, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitasnya. Investasi yang dilakukan negara-negara G20 saat ini berbeda dengan komitmen internasional mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Negara-negara tersebut telah mengalokasikan sekitar $171,56 miliar untuk minyak dan gas, sementara investasi energi ramah lingkungan masih tertinggal jauh (Eos 2020).
Kesimpulan: Keberhasilan Pengendalian Iklim Global Penting untuk memperkuat kesepakatan internasional seperti Persetujuan Paris untuk mencapai target penurunan emisi dan memitigasi perubahan iklim.
Analisis lebih lanjut dan tindakan konkret diperlukan untuk mengatasi peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius dan mengurangi dampaknya pada planet kita.
Evaluasi keberhasilan pengendalian perubahan iklim melibatkan berbagai faktor, dan dapat diukur melalui beberapa indikator.
Keberhasilan ini sering kali diukur dalam konteks upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, dan mendorong pembangunan berkelanjutan.