Example floating
Example floating
Example 728x250
NASIONAL

Melangkah dari Lorong Kampus ke Ruang Kebijakan: Beniyanto dan Ruh UMI di Parlemen

×

Melangkah dari Lorong Kampus ke Ruang Kebijakan: Beniyanto dan Ruh UMI di Parlemen

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BANGGAI TIMES, Makassar —Di setiap kampus, ada lorong-lorong yang menyimpan lebih dari sekadar cerita akademik. Di sana tertanam nilai, karakter, dan arah hidup yang membentuk seseorang jauh setelah toga dilipat dan ijazah dibawa pulang. Kampus adalah tempat bertumbuh, dan bagi Ir. H. Beniyanto Tamoreka, S.T., alumni Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) angkatan 1991, kampus adalah titik mula dari perjalanan panjang menuju pengabdian nasional.

Senin, 23 Juni 2025, Beniyanto kembali ke kampusnya tercinta. Bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai Anggota DPR RI Komisi VII, dan sebagai pribadi yang tak pernah melepaskan akarnya. Ia datang dalam rangka Milad ke-71 UMI, menerima Penghargaan Alumni Berprestasi yang disematkan langsung oleh Rektor UMI, Prof. Dr. H. Hambali Thalib, S.H., M.H., dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa yang digelar khidmat di Auditorium Al-Jibra, Kampus II UMI Makassar.

Namun bagi Beniyanto, penghargaan itu bukan sekadar seremoni. Ia adalah pengingat akan jalan panjang yang telah dilalui, sekaligus penegas bahwa apa yang tumbuh dari kampus, bisa berbuah di ruang-ruang penting bangsa.
“UMI bukan hanya tempat kami belajar ilmu. Di sinilah saya belajar menyeimbangkan nalar dengan nurani, berpikir tajam tanpa kehilangan adab. Nilai-nilai itu saya bawa ke ruang parlemen,” ujarnya dalam konferensi pers usai acara.

Baca juga:   Buka Konferensi Internasional Penilaian Dampak Sosial, Menteri AHY Tekankan Pengadaan Tanah Harus Utamakan Keadilan

Kini, sebagai wakil rakyat di Komisi VII DPR RI, Beniyanto menangani isu-isu strategis seperti pengembangan industri, pemberdayaan UMKM, ekonomi kreatif, hingga pariwisata berkelanjutan. Tapi jauh dari hanya bicara angka dan regulasi, ia membawa pendekatan yang lebih manusiawi: kebijakan yang berpihak pada daerah, pada rakyat kecil, dan pada masa depan berkeadilan.

Dari Teknologi Industri ke Pengabdian Publik

Sebagai insinyur lulusan Teknologi Industri, Beniyanto terbiasa berpikir sistematis. Tapi ia tahu, membangun bangsa tak cukup dengan efisiensi. Diperlukan keikhlasan, visi, dan nilai-nilai hidup. Itulah yang ia serap dari FTI UMI—sebuah pendidikan yang menggabungkan akal sehat, akhlak, dan semangat perbaikan berkelanjutan.

Ia menyadari bahwa daerah-daerah di Indonesia, terutama kawasan timur, seringkali terpinggirkan dari arah kebijakan nasional. Maka dari itu, setiap langkahnya di parlemen ia niatkan sebagai ikhtiar untuk menghadirkan keadilan pembangunan. Bukan wacana kosong, tapi program nyata yang menyentuh masyarakat di bawah.

“Saya tahu rasanya jadi yang terakhir dilihat, daerah non-prioritas yang paling lambat disentuh pembangunan. Itu sebabnya saya hadir di sini bukan untuk bicara, tapi untuk memastikan daerah punya ruang dan kesempatan yang setara,” ungkapnya.

Baca juga:   Golkar Menang Telak Pileg DPRD Kabupaten Banggai, Raih Suara Sah 63.818

Ruh Kampus yang Tetap Menyala

Kehadiran Beniyanto di Milad UMI adalah lebih dari sekadar pulang kampus. Ia menjadi pengingat bahwa alumni bukan hanya lulusan, tetapi pewaris nilai. Dan UMI, sebagai kampus Islam yang telah berdiri lebih dari tujuh dekade, terus menanamkan akarnya dalam diri setiap mahasiswanya: nilai integritas, kecintaan pada ilmu, dan pengabdian kepada umat.

Milad ke-71 ini menjadi bukti bahwa UMI tidak hanya mencetak sarjana, tapi melahirkan penggerak bangsa. Sosok seperti Beniyanto menunjukkan bahwa pendidikan tinggi sejati adalah yang mampu menciptakan perubahan di luar ruang kuliah, dan yang terus menyala dalam tindakan, di mana pun lulusannya berada.

Pendidikan Tak Pernah Selesai

Jejak Beniyanto Tamoreka dari lorong-lorong FTI ke kursi parlemen adalah kisah bahwa pendidikan sejati tidak pernah benar-benar selesai. Ia terus hidup dalam cara berpikir, cara memimpin, dan cara mengambil keputusan.

Dan ketika seorang alumni membawa kembali nilai kampusnya ke ruang kebijakan, maka sesungguhnya bukan hanya dia yang tumbuh—tapi juga kampusnya yang hidup dalam bentuk pengaruh yang lebih luas.
UMI telah menanam. Dan Beniyanto adalah salah satu buktinya: bahwa akar yang kuat, bisa menumbuhkan cabang yang tinggi. *

Kontributor: Taufan Pratama Zasya., B.A., M.A.

Example 300250
Example 120x600