BANGGAI TIMES – Regional Indonesia Timur Subholding Upstream (SHU) Pertamina Zona 13, dalam hal ini Pertamina EP Donggi Matindok Field, berhasil membawa nama Indonesia semakin mendunia.
Melalui program pemberdayaan masyarakat Kokolomboi Lestari di Desa Leme-Leme Kabupaten Banggai Kepulauan, PEP Donggi Matindok Field berhasil meraih penghargaan dari lembaga lingkungan hidup internasional ternama, yakni Taiwan Institute for Sustainable Energy (TAISE).
Penghargaan yang disabet PEP Donggi Matindok Field berupa Best Practice di ajang Global Corporate Sustainability Award (GCSA) 2024, diterima langsung oleh Achmad Setiadi selaku Senior Officer Communication Relation & CID Zona 13 PEP Donggi Matindok Field, Rabu (20/11/2024) di Taipei, Taiwan.
Diraihnya penghargaan ini menjadi bukti PEP Cepu melalui Pertamina EP Donggi Matindok Field, terus mendukung tujuan global, seperti SDGs serta mewujudkan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat, hingga menegaskan komitmen Pertamina EP Cepu untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi.
Program Kokolomboi Lestari
Berkedudukan di Kabupaten Banggai, namun Program Pemberdayaan Masyarakat PEP Donggi Matindok Filed juga menjangkau masyarakat pedalaman di beberapa kabupaten di kawasan timur Sulawesi Tengah.
Dari puluhan PPM, Program Kokolomboi Lestari misalnya, menyasar pada pemberdayaan masyarakat adat di Dusun Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan.
Aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat adat berbasis keberlanjutan lingkungan hidup menjadi perhatian penuh PEP Donggi Matindok Field dalam mengimplementasikan program pemberdayaan yang tepat bagi masyarakat.
Pendampingan pengolahan lebah madu hutan oleh Pertamina EP Donggi Matindok Field, kini memberikan dampak terhadap nilai ekonomi masyarakat dusun Kokolomboi.
Sejalan dengan peningkatan kesejahtraan, masyarakat dusun Kokolomboi yang memilih usaha budidaya lebah madu hutan, juga telah memiliki kesadaran untuk senantiasa untuk menjaga hutan, beserta keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, seperti hewan primata endemik sulawesi Tarsius Pelengensis dan Gagak Banggai. *