BANGGAI TIMES – Menyusul beredarnya video dan pemberitaan yang menyebut Ir. H. Beniyanto Tamoreka, Anggota DPR RI Fraksi Golkar dari Dapil Sulawesi Tengah, terlibat dalam dugaan tindakan intimidasi atau persekusi menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kabupaten Banggai pada 5 April lalu, pihaknya memberikan klarifikasi resmi.
Dalam pernyataan yang disampaikan Tim Media Centre Ir. H. Beniyanto, disebutkan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan tidak berdasar. Kehadiran Beniyanto di lokasi kejadian di Desa Sentral Timur, Kecamatan Toili, justru bertujuan untuk meredakan ketegangan di tengah masyarakat.
Kronologi yang sebenarnya, disebutkan bahwa sekitar pukul 03.00 WIB, Beniyanto yang sedang berada di Hotel King Ameer menerima telepon dari seorang warga yang melaporkan adanya pengumpulan massa di Desa Sentral Timur. Warga menduga salah satu rumah warga digunakan sebagai tempat distribusi “serangan fajar”, lantaran di lokasi tersebut terdapat anggota DPRD Kabupaten Banggai, Lutfi Samaduri, bersama beberapa warga yang diduga bukan berasal dari desa setempat.
Lutfi Samaduri sendiri merupakan anggota DPRD Kabupaten Banggai dari dapil berbeda, yang menimbulkan kecurigaan warga. Untuk mencegah konflik semakin meluas, Beniyanto segera menuju lokasi guna menenangkan warga yang mulai berkumpul.
Dalam video yang beredar, tampak situasi memanas dengan adanya dorong-dorongan dan tarik-menarik dokumen yang diduga sebagai daftar pemilih tetap (DPT) kecamatan. Namun, Beniyanto menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan kekerasan ataupun memberikan perintah untuk melakukan tindakan represif.
Untuk menenangkan situasi, Ir. H. Beniyanto berusaha melerai massa yang mulai memanas. Beberapa menit setelahnya, pihak Bawaslu Kabupaten Banggai dan anggota Polres Banggai tiba di lokasi kejadian. Ir. H. Beniyanto kemudian meminta massa untuk membubarkan diri
“Perlu kami tegaskan bahwa dalam video yang beredar, Ir. H. Beniyanto tidak melakukan kekerasan apapun, dan tidak ada perintah untuk melakukan kekerasan. Video yang banyak beredar di media sosial telah dipelintir oleh sejumlah pihak yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Demikian klarifikasi ini kami buat untuk memberikan penjelasan yang sebenar-benarnya,” tulis Tim Media Center ATFM. *